Pentingnya Perencanaan Pembangunan yang Memperhatikan Aspek Kesehatan dan Lingkungan

Pandemi COVID-19 telah membawa perubahan di seluruh sektor kehidupan. Berbagai perubahan ini turut menuntut penyesuaian-penyesuaian yang tidak hanya pada aspek kesehatan, sosial maupun ekonomi namun juga perencanaan pembangunan yang berkelanjutan untuk generasi yang akan datang.

Hal ini diungkapkan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat memaparkan perkembangan pandemi COVID-19 serta tantangan perencanaan wilayah di masa depan dalam peringatan HUT Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, ITB ke-62 yang digelar secara daring pada Sabtu (11/9).

Menkes menjelaskan bahwa ada dua aktivitas yang menjadi pemicu lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia yakni adanya kerumunan masa terutama di acara keagamaan serta tingginya pergerakan masyarakat di hari libur. Yang mana dua aktivitas tersebut, turut menjadi penyebab terjadinya lonjakan kasus COVID-19 pada periode sebelumnya.

Keadaan bisa menjadi semakin sulit manakala tingginya interksi dan mobilitas antar masyarakat tersebut tidak diikuti dengan kedisiplinan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan ketat seperti memakai masker dan mencuci tangan. Penularan antar manusia akan menjadi sangat mudah, mengingat COVID-19 dapat menular dengan sangat cepat melalui percikan droplet baik saat berbicara, batuk maupun bersin.

“Virus ini akan sangat berbahaya jika ada perkumpulan orang-orang yang jaraknya terlalu padat, karena penularan terjadi disana. Ini harus kita atur dalam kehidupan kita 5-10 tahun kedepan,” kata Menkes.

Oleh karenanya, pandemi COVID-19 menjadi tantangan tersendiri bagi bidang Ilmu Planologi untuk mengambil peranan yang sangat penting terhadap realitas baru. Tentang bagaimana merencanakan dan membangun suatu wilayah baik tingkat paling kecil seperti perumahan dan kantor maupun tataran yang lebih besar sampai kota dan region yang mengedepankan aspek lingkungan dan kesehatan.

“Itu tantangan kedepan, bagaimana kita mendesain satu kota yang jarak antar bangunan tidak boleh terlalu dekat. Harus lebih banyak ruang, karena salah satu penularan virus ini melalui droplet yang bisa menular dalam jarak yang dekat,” terangnya.

Belajar dari pandemi COVID-19, Menkes menyebutkan bahwa sirkulasi udara yang baik menjadi salah satu upaya efektif untuk menekan laju penularan COVID-19. Untuk itu, pihaknya melihat saat ini dan di masa yang akan datang, perlu peningkatan ruang terbuka hijau serta mengembangkan desain bangunan yang memiliki sirkulasi udara baik dan nyaman.

“Jadi bagaimana kita mengatur tata kota kedepan dimana ruang hijau lebih besar, gedung-gedung lebih friendly non ac walaupun kita di negara tropis, karena begitu pakai ac risiko penularan semakin besar. Jadi bisa kembali ke desain-desain jaman dulu yang high ciling, sehingga pertukaran udaranya juga bagus,” imbuhnya.

Menkes berharap momentum peringatan HUT ke-62, Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), ITB ini bisa menjadi sarana untuk menumbuhkan berbagai inovasi dan kreasi dalam perencanaan pembangunan yang berketahanan pandemi COVID-19.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.